Jumat, 03 Maret 2017

Tentang Kita dan Cerita

Aku bersyukur bisa mengenalmu meski hanya sesaat, yg semoga tak hanya di dunia tp juga di akhirat.

Maafkan pada diriku yang tak banyak memberikan keteladanan.  Meski begitu,  aku banyak belajar dr mu tentang sebuah tekad yang memfokuskan pada satu tujuan dan semangat yang selalu menyertai di setiap langkah-langkah kebaikan. 

Kau hanya perlu percaya, dirimu lebih dari apa yang kau bayangkan.  Prinsipmu untuk selalu menggenggam ilmu dan agama lah yang akan terus membantu untuk melesat hingga akhirnya satu persatu impian mu kian terwujudkan. Tentunya dengan semangat dan tekad yang biasanya terazzamkan pada segala aktivitasmu.

Ingatan bahwa Allah bersama Hamba-hambanya yang bersabar, mungkin sudah kau khatamkan.  Hingga tiada lagi keluh dan kesah yang perlu kau khawatirkan. 

Tiap kali kau meminta pertolongan padaku rasa senang tentu ada, bahkan ingin segera kembali membersamaimu.  Namun aku ingat,  orang sepertimu mungkin akan lebih baik menebar kembali pembelajaran pada yang lainnya yang mungkin belum  bisa aku berikan.  Maka kesempatan itu dengan ikhlas aku serahkan padamu untuk memilih siapa yang kemudian akan kembali menjadi seorang sepertiku yang mendapatkan pembelajaran yang sama atau lebih atas kehadiranmu. 

Hmm..  Sesaat aku teringat rasa canggung berada disisimu, sebab cerita hijrahmu yang begitu memukau hati dan pikiranku saat kedua kalinya kita bertemu.  Tp seiring intensnya pertemuan  kita dengan deadline target saat itu membuat aku terbiasa berada didekatmu.  Mungkin,  sebab aku yang pada saat mengenal orang pertama kalinya akan seperti itu.  Maka memang banyak pertemuan dan komunikasi akan menjadi obatnya. 

Sedikit Teringat kala kita berada disebuah perpustakaan saat itu,  kau menelepon satu lembaga hanya untuk mengkonfirmasi terkait AMDAL, namun ternyata salah lembaga. Hingga mbak-mbak yang menjawab pun ikut tertawa kecil dan segera memberitahu lembaga yang dapat menangani hal tersebut.  Daaan,  tanpa kita sadar aku dan dia adalah dua orang yang paling berisik diruangan itu sebab banyak yang kita diskusikan terkait bisnis,  kehidupan sehari-hari hingga melangla buaana topik yang kita bicarakan.  Tentunya canggungnya kita berada di perpus kala itu, tak seperti perpus yang biasanya kita tempati, dan mungkin ini sebab perbedaan karakter orang-orangnya. Tapi kita tetep have fun dengan diskusi-diskusi kecil yang kita bicarakan. 

Hingga akhirnya ibumu menelepon kamu untuk tak berlama-lama diluar rumah dan memutuskan untuk menyegerakan pembahasan terkait bisnis itu. Lalu kemudian kita keluar dr perpus dan berpisah diantara persimpangan rel kereta yang kita berbeda arah saat itu. 

Pertemuan yang mengesankan dari awal hingga akhir saat kereta membawamu pergi.  Daaan hanya internet yang saat ini menghubungkan kita berdua. 
Mungkin waktu akan kembali menjawab akan kah kita dipertemukan kembaki atau tidak, tp Allah punya rencana yang luar biasa baik bagi hamba-hambamya yang beriman. 

Smoga Allah selalu membersamaimu hingga kau merasakan nikmatnya cinta sejati bersama Rabbmu. Smoga hijrahmu menjadi hujjah diakhirat kelak saat penghisaban mulai menimbang baik buruknya perbuatan. 

Akhirnya aku bisa cerita panjang lagi. 
Tanda bahwa hari ini dominan diliputi sisi melankolisku yang kadang tertutup dengan sisi sanguinis yang penuh dengan drama.  Hehe.

Juma'at,  3 Maret 2017
21:49
©Nuna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar