Kamis, 20 Desember 2018

Kasih dan Kedekatan

seseorang yang baru pertama kali bertemu tentunya akan merasakan canggung. Perlu berfikir keras untuk memulai dan melanjutkan pembicaraan.

Namun berbeda 180° kalau kamu sudah sering  bertemu, apalagi gak sekedar bertemu tapi juga berkomunikasi. Boleh gak ya aku berhipotesis kalau rasa sayang tumbuh seiring dengan banyaknya pertemuan dan komunikasi?
Setuju kah kalian para pembaca setiaku? #keselek

Belajar dari pengalaman aku yang bertemu dengan banyak orang tapi yaa gak semuanya bisa deket karena intensitas komunikasi juga jarang. Terpenting, komunikasi yang dijalan punya berbagai macam tingkatan keseriusan. Biasanya kalau udah deket kamu dan orang terdekat akan mudah membawa suasana pembicaraan dari yang awalnya bercanda, serius, atau sampai nangis-nangis mewek bombay.

Kalau sudah begitu, satu hal yang harus kamu syukuri bahwa orang terdekat kamu bisa menjadi pelajaran hidup. Kok bisa? Bisa banget, karena kalau udah deket biasanya kamu akan sharing hambatan dan permasalahan yang sedang dihadapi. Dari situ kamu pun belajar mengkondisikan diri saat mendengarkan dsn membantu cari solusi.

Lagian kalau pun kamu gak bisa ngasih solusi,  cukup kamu mendengarkan dengan seksama, setidaknya bisa menimbulkan efek lega bagi yang punya masalah. Well, dari situ sebenernya kamu sedang berbagi rasa satu dengan yang lain. Maka dari itu timbul deh yang namanya kasih sayang sebab didahului dengan kepercayaan. Kepercayaan itu penting banget dalam suatu hubungan pertemanan, kalau udah percaya kamu bisa sharing segala hal tanpa perlu takut itu akan terumbar.
Btw, kamu yang cerita pun mesti pilih-pilih juga cerita tentang dan kesiapa sebab gak semua orang punya kapasitas yang sama.

Selagi kamu yakin dan percaya, orang tersebut bisa diajak diskusi dan cari solusi.
Eh tapi jadi bertentangan ya sama hipotesis kepercayaan sebelumnya. Oh tidak semudah itu ferguso? Kan kepercayaan ada sebab pengalaman, yang kemudian kita analisis seseorang itu cocok diajak diskusi khusus atau tidak. Oleh karena itu, salah satu faktor kedekatan ialah sefrekuensi dalam berfikir dan bertindak.

Lalu kalau gak sefrekuensi jadi gak bisa deket? Ya belum tentu. Nayatanya, aku menemukan ko orang yang sering debat tapi malah jadi temen deket. Ya.. sebab perbedaam pendapat itu disatukan dengan kesamaan tindakan. Tindakan untuk saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Bagaimana guys? Ada yang punya pendapat lain atau mungkin tambahan pengalaman? Bisa share via komen dibawah ini
